blogger leoroses..,,jangan lupa comentar semua atw cacimaki bila gak berkenan bagi anda

Selasa, 03 Februari 2009

Hewan Menyusui

Hewan Menyusui
Oleh: Ayu Utami

Kadang-kadang saya membayangkan bahwa Hwang Woo Suk mempunyai bisnis
sampingan mengkloning hewan. Ilmuwan dari Universitas Nasional Seoul
ini baru saja berhasil 'menciptakan' anjing hasil kloning yang bertahan
hidup hingga hari ini, di bulan ketujuh. Snuppy, nama si kirik, dikloning
dari sel stem telinga seekor anjing Afghan nan tampan dengan bulu kaki
bak celana Aladin.

Kata Hwang seperti dikutip Time, "Saya telah menghasilkan banyak sapi
dan babi kloning, tapi waktu Snuppy lahir rasanya begitu beda...Saya
senang sekali. Dia sangat sehat." Sang kirik lucu berwarna dominan
hitam coklat itu lahir dengan operasi sesar dari induk anjing Labrador
keemasan yang sama sekali tak menurunkan ciri-ciri pada anak
kandungnya. Maklum, si Labrador memang tidak menyumbang gen apapun.

Nah inilah bayangan saya tentang para ilmuwan bioteknologi yang canggih
itu. Bisnis utama atau cita-cita utama mereka adalah menyempurnakan
kloning sel manusia untuk keperluan pengobatan (bukan untuk menciptakan
manusia kloning, sejauh ini). Tapi, dengan fasilitas dan laboratorium
yang terlanjur lengkap, ya sudah, bisnis tambahan adalah mengkloning
binatang menyusui non manusia. Bukankah tipis, batas antara hewan dan
manusia?

Keberhasilan satu per satu menampakkan diri. Mulai dari domba, tikus,
sapi, babi, dan kini anjing Afghan. Dan anjing adalah mamalia yang
sulit dikloning. Anjing betina punya masa subur yang sedikit saja dan
mengambil telur mereka bukan pekerjaan sepele.

Snuppy adalah janin yang berhasil lahir dan hidup dari lebih seribu
telur dari lebih seratus anjing betina. Bahkan, dengan laboratorium
yang telah bisa menghasilkan anak-anak mamalia kloning dan juga kloning
sel manusia untuk alasan medis, kegagalan mengkloning sel anjing
terjadi berulang kali.

Keberhasilan ilmuwan Korea Selatan ini tentunya mengguncangkan dunia.
Terutama Amerika Serikat yang selama ini paling maju di bidang tersebut.
Maka, sungut-sungut ilmuwan negeri Paman Sam pun terdengar lagi. Para
pakar bioteknologi mengeluhkan pemerintahan Bush yang melarang
penggunaan dana federal untuk penelitian kloning.

Padahal, pemerintah Korea sekarang sedang menyokong secara politis dan
keuangan penelitian kloning. Kita tahu Amerika adalah negara yang,
meskipun mengimpor budaya massa penuh seks dan laga serta menganut
ekonomi liberal, sesungguhnya lumayan konservatif dalam hal agama dan
moral.

Sementara Korea adalah sebuah negara sekular dengan latar belakang
filsafat timur yang sama sekali berbeda dari monoteisme Samawi. Mereka
punya pandangan yang berbeda sekali dengan pandangan tentang hidup dan
hari akhir para penganut agama Abraham.

Sejauh ini Korea juga masih melarang embrio kloning manusia. Kloning
sel manusia untuk keperluan medis diperbolehkan. Tapi, prosesnya
sesungguhnya sama saja. Sel stem dari tubuh yang akan dikloning diambil
dan disusupkan ke dalam sel telur yang telah dikosongkan nukleusnya.
Sel telur siapapun bisa.

Jika untuk keperluan medis, proses berhenti sampai sel tesebut
membelah diri. Tapi, jika diteruskan dan telur tadi 'dikembalikan' ke
dalam rahim, maka jadilah janin. Kalau sukses, lahirlah individu.
Tapi percobaan terus berlanjut. Sistem disempurnakan. Anjing yang
sulit pun telah dikloning. Di manakah batas? Apakah kelak tidak
mungkin ada manusia kloning, jika binatang menyusui yang lain sudah
ada?

Nah, Ini dia kata kuncinya: hewan menyusui. Manusia adalah makhluk
menyusui. Tapi, persisnya manusia perempuan. Lelaki tidak menyusui.
Hanya perempuan.

Di sini juga bedanya. Dalam teknologi kloning, dimungkinkan pembentukan
janin tanpa sperma. Tapi telur tetap dibutuhkan, sebab telur akan
menjadi medium bagi sel stem untuk membelah diri.

Artinya, secara teoretis tidak dibutuhkan lelaki (yaitu hewan yang tak
menyusui) untuk meneruskan keturunan. Hanya dibutuhkan perempuan,
yaitu yang mempunyai telur dan rahim, untuk berbiak. Berita tak baik
buat kaum lelaki memang.

Selama ini kebanyakan orang memakai nama ayah sebagai nama keluarga.
Agaknya pandangan paling sederhana ini terus direvisi.

Dari dulu pun hanya perempuan yang bisa dipastikan merupakan induk
dari anak yang dilahirkannya. Kelak, bahkan tak perlu sperma untuk
berkembang biak. Berita baiknya: jangan khawatir. Semua itu masih
lama.

Tidak ada komentar: