blogger leoroses..,,jangan lupa comentar semua atw cacimaki bila gak berkenan bagi anda

Jumat, 30 Januari 2009


Tulisan saya mengenai TELEPATI, ternyata memperoleh sambutan luar biasa banyak, khususnya lewat e-mail "japri". Banyak yang menanyakan lebih jauh mengenai Telepati, bisakah buat mencari jodoh, dan harta, bagaimana cara belajar Telepati dengan cepat, dll. Bahkan banyak dari mereka ini ingin berguru langsung ke saya. Wah...rupanya yang ingin bisa melakukan Telepati banyak juga ya... sebagian besar dari mereka... berdasarkan ANALISA TELEPATI saya ternyata ingin punya kemampuan DAYA LINUWIH... memiliki kekuatan semacam ORANG SAKTI gitu...hehehehe...

Sebenarnya untuk memiliki DAYA LINUWIH semacam salah satunya TELEPATI ini yaa mudah saja toh. Ikuti saja petunjuk saya di blog leoroses ini secara lengkap, dan dipraktekkan gitu. Jangan cuma dibaca saja. Sekali lagi...DIPRAKTEKKAN DENGAN FOKUS, SERIUS dan DIHAYATI PENUH PERASAAN EMOSI JIWA. Tidak ada yang instan di sini. Dibutuhkan suatu PROSES, dan penghayatan proses. Paham?!

Diantara mereka yang ingin tahu lebih jauh mengenai TELEPATI ini, ada satu orang yang menanyakannya dengan bahasa lain, yaitu rekan motivator muda berbakat, juga penulis buku bestseller bernama Agus Riyanto. Rekan ini menanyakan ke saya, adakah hubungan antara TELEPATI dan LOA? Nah... saya sendiri juga nggak tahu, ada hubungannya nggak ya? Hwekekek... Lha wong saya saja nggak pernah membaca buku-buku LOA. Saya hanya memahami LOA sebatas kemampuan berpikir dan perasaan saya saja. Lagi pula LOA kan kependekan dari Law Of Attraction, jika diterjemahkan secara bebas artinya kan Hukum Tarik-Menarik, Hukum Daya Tarik, Hukum Ketertarikan, atau Hukum Tarik-Tarikan? Hehehe...pokoknya HUKUMNYA sekitar kata TARIIKKK deh... jadi kan gampang aja tuh menerjemahkannya.

Ok, kembali ke Laptop (hiks...sudah dilarang tayang oleh pemerintah, gara-gara Sumanto)... masalah hubungan TELEPATI dan LOA, jika mencoba memaknai arti katanya, kelihatannya memang bisa saja berhubungan...karena di dalam makna kata keduanya, masing-masing mengandung makna kata TELE...yang artinya "bisa dari jauh", misalnya Telemarketing... kan maksudnya bisa memasarkan atau berpromosi produk dari jarak jauh, nggak perlu langsung bertatap muka, entar bisa benjol kekekekek... bisa dilakukan lewat Telepon, nah yang ini bisa diartikan bercakap-cakap dari jarak jauh.

Jelasnya berdasarkan pengalaman saya sendiri begini, saya mengenal istilah TELEPATI ini sudah jauh lebih awal berpuluh-puluh tahun yang lalu, dibandingkan dengan istilah LOA, yang baru 2-3 tahun saja muncul di muka bumi ini...meskipun pada hakekatnya berabad-abad yang telah silam...LOA juga sudah ada, mungkin beda namanya saja kali.

Sejak saya mengenal Telepati itu, saya selalu mencoba melakukannya, nggak peduli apakah berhasil atau tidak. Pokoknya saya lakukan saja...wong yaa nggak bayar, nggak mengeluarkan biaya apa pun, soalnya yang mengajarkan saya itu...KAKEK saya sendiri, jadi GRATIS... hahaha. Ternyata, peribahasa "bisa karena terbiasa" itu memang benar. Kalau saya menginginkan segala sesuatu, pastinya saya melakukan upaya TELEPATI lebih dulu untuk melancarkan TUJUAN saya itu. Dan memang terbukti berhasil. Memang beberapa sih ada yang nggak sesuai harapan, tapi no problem...yang jelas sebagian besar upaya Telepati yang saya lakukan menuai sukses besar! Yang nggak sesuai harapan, itupun cukup memuaskan hasilnya...yang penting saya selalu bersyukur... Alhamdulillah.

Nah, mungkin sekelumit tulisan saya di atas, bisa memberikan gambaran buat Anda, adakah hubungan antara TELEPATI dan LOA. Kalau menurut pemahaman saya sih, yaa ada hubungannya, dan kurang lebih sama, proses kerja antara TELEPATI dan LOA ini. Cuma sekarang aja, banyak orang terkesan lebih semarak membahas istilah LOA, karena kehebatan promosi dan marketing buku-buku LOA tulisan orang bule sana. Oleh karena itu, Anda sekalian saya persilakan mencari sendiri, hubungan antara TELEPATI dan LOA...berdasarkan pengalaman Anda sendiri.

Tulisan-tulisan saya sendiri tentang LOA, itu juga nggak pernah saya baca buku-buku LOA. Saya hanya coba melakukan upaya TELEPATI, mengenai apa itu LOA yang sangat heboh dibicarakan banyak orang di negeri ini....dan hasilnya saya tulis saja di blog saya sendiri ini. Jadi kalau Anda membaca tulisan-tulisan di Blog saya ini, lebih banyak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman lahir maupun batin saya, dijamin nggak ada daftar pustakanya...hehehehe... pokoknya asal tulis saja deh, sebisanya. Kan bebas menulis di blog sendiri...yaa nggak?!

Ok deh, sekian saja sharing pengetahuan dan pengalaman saya tentang TELEPATI dan LOA ini. Semoga bisa menambah wawasan berpikir dan berperasaan Anda semua, yang mampir Blog saya ini. Terima kasih yaa.

Adakah WAKTU untuk BERSENANG-SENANG ?


Pernah kah terpikir oleh Anda, bahwa Anda memiliki WAKTU untuk bersenang-senang? Atau apakah Anda termasuk orang yang tidak pernah bersantai? Tidak pernah rileks? Apakah Anda orang yang tidak pernah meluangkan waktu untuk bepergian sekedar untuk bersenang-senang?

Banyak orang di dunia ini tidak memiliki panduan yang mengajarinya bagaimana cara bersantai. Mereka ini bahkan sering menganggap KERJA adalah HOBI. Mereka ini sangat senang bekerja non-stop untuk mencapai tujuan dan imbalan yang sebenarnya tidak jelas. Jika mereka tidak sibuk bekerja, mereka akan merasa cemas dan tertekan.

Yang mengherankan, pada umumnya figur seperti ini dikagumi, dipuja, dihargai, dan membuat orang lain merasa iri karena mereka ini terkesan bisa melakukan segalanya. Mereka selalu datang ke rapat-rapat panitia atau ke berbagai pertemuan bisnis. Satu hal yang mungkin tidak diketahuinya adalah, bahwa apa yang dilakukannya itu bisa berpotensi menjadi sumber kehancuran dirinya maupun keluarganya.

Mereka yang selalu berpacu ini, biasanya penuh dengan ketidaksabaran, menuntut diri sendiri maupun orang lain, dengan harapan-harapan yang tidak realistis, bahkan sering tidak mungkin dicapai. Dan, jika mereka gagal mencapai apa yang dicita-citakan, mereka menemui kesulitan mencari teman untuk berbagi kesedihannya.

Hal ini karena gengsinya yang sudah terlanjur tinggi, akibat banyaknya pujian maupun penghargaan yang mereka terima dari lingkungannya. Atau bisa jadi, ini disebabkan sewaktu masa anak-anak, mereka dilatih untuk mandiri terlalu dini...hehehe... Sehingga saat dia dewasa menjadi merasa terlalu mandiri gitu, merasa nggak butuh bantuan orang lain, bahkan sering menganggap, orang lain lah yang butuh bantuannya, tanpa dia, maka orang lain nggak bisa maju.

Orang-orang semacam ini, umumnya memiliki lebih dari sebuah rencana kerja, bisa dua - tiga, atau beberapa rencana cadangan yang siap untuk mereka realisasikan. Tetapi hal itu seringkali jarang mereka jalankan semuanya. Akhirnya itu hanya mebuang-buang waktu dan energi pikiran...justru menjadikannya semakin buruk.

Ada hal yang selalu membuat geli saya, yaitu ada orang yang selalu serius menghadapi apa saja. Tidak peduli apakah hal itu ringan atau berat, orang ini selalu saja serius saat menghadapinya, sehingga seringkali menjadi tidak tanggap terhadap lingkungan tempat hidupnya...tidak bisa berempati lagi pada orang-orang di sekelilingnya.

Orang-orang semacam inilah yang disebut sebagai gila kerja, pecandu kerja atau workaholic, yang disebabkan oleh komitmen berlebihan terhadap uang, dan rencana yang muluk-muluk, atau bisa jadi juga karena mereka tidak mampu mengenali kekurangannya sendiri. Sehingga mereka menjadikan KERJA sebagai PELARIAN.

Tetapi anehnya lagi, kita bahkan seringkali justru menyanjung-nyanjung para workaholic ini, kita justru memberikan salut kepada mereka para pecandu kerja ini. Kita juga memberinya status oke dan menerima alasannya. Sementara pihak keluarganya tidak kebagian waktu untuk bercengkerama dengannya.

Workaholic atau gila kerja ini sudah masuk kategori penyakit kejiwaan, perasaan tertekan, tidak puas, selalu ingin sempurna menurut standarnya sendiri. Orang ini tidak mau berlibu, tidak bisa bersantai, tidak menyukai akhir pekan, dan tidak berhenti membebani dirinya dengan mengerjakan segala sesuatu sendirian saja.

Target, impian masa depan atau cita-cita memang diperbolehkan dan bahkan disarankan untuk kita buat bagi kesuksesan diri kita sendiri. Tetapi jika itu sudah menjadi obsesif, kompulsif, dan terlalu berambisi untuk mencapai sukses...itu BUKANLAH JALAN untuk mencapai kesempurnaan HIDUP.

Berani BERTINDAK Dengan KERENDAHAN HATI


Yang saya maksudkan dengan "kerendahan hati" adalah "tidak sombong". Lawan kata dari "kesombongan" adalah "kerendahan hati". Berani bertindak dengan kerendahan hati, berarti: melakukan segala sesuatu perbuatan dengan tanpa bersikeras membuktikan diri di hadapan orang lain. Dan ini memang membutuhkan suatu keberanian tersendiri.

Berani tidak membuktikan kehebatan diri sendiri di depan orang lain, itu tidak mudah. Kecenderungan sifat manusia adalah ingin membuktikan sesuatu kepada orang lain. Jika Anda membuktikan kehebatan diri sendiri kepada orang lain, dengan tanpa mempertimbangkan tempat dan waktu yang tepat; itu akan membahayakan diri Anda secara psikologis.

Kebanyakan orang seringkali lupa tentang "kerendahan hati" saat mereka bertindak. Jika Anda berani bertindak, tanpa kerendahan hati, bisa mengakibatkan orang menjauhi Anda. Dan, mereka bisa berbicara di "belakang punggung" Anda, bahwa Anda sebenarnya tidak percaya diri, sehingga menjadi sombong. Bahkan, bisa jadi mereka akan membenci Anda. Inilah bahaya psikologis akibat "kesombongan".

Kebanyakan orang tidak tahan dengan "membuktikan diri sendiri" ini, karena manusia memang cenderung punya kesulitan untuk tidak menyombongkan diri. Oleh sebab itu, saya mengatakan pada Anda, perlu "keberanian besar" untuk bertindak dengan "kerendahan hati". Jika suatu saat Anda tergoda untuk menyombongkan diri, cobalah untuk menahan godaan itu. Anda harus melakukan upaya dengan tindakan langsung, untuk menahan diri Anda terhadap "kesombongan" tersebut.Anda harus selalu mencoba mempraktekkan usaha-usaha untuk menumbuhkan kerendahan hati yang tulus tersebut, sehingga Anda akan merasakan ketenangan dan kedamaian; tanpa perlu harus menyombongkan diri Anda.

Sudah menjadi kesepakatan umum, bahwa orang lebih tertarik pada pribadi yang tenang, percaya diri, komunikatif, ramah, tulus, dan tidak menyombongkan dirinya. Anda boleh menceritakan keberhasilan Anda, tetapi tetap terkendali dan tidak memberikan kesan, bahwa Anda mensyukuri nasib buruk orang lain. Coba praktekkanlah sehari-hari "kerendahan hati" ini, dan rasakan semangat Anda.